Aksesibilitas Menurut
Jenis Disabilitas
Masing-masing kategori
kecacatan memiliki kebutuhan aksesibilitas yang berbeda sesuai dengan
keterbatasan yang diakibatkan oleh kecacatannya. Berikut adalah contoh
aksesibilitas fisik dan aksesibilitas non fisik berdasarkan kategori ketunaan.
1.
Tunanetra
Tunanetra
adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga
mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak cukup baik untuk dapat
membaca tulisan biasa meskipun sudah dibantu dengan kaca mata. Aksesibilitas
fisik bagi tunanetra antara lain : adanya
petunjuk arah atau ciri-ciri yang dapat didengar atau dilihat dengan
penglihatan terbatas yang menunjukkan nomor lantai pada gedung-gedung
bertingkat, meminimalisir rintangan-rintangan
kecil seperti jendela yang membuka ke luar atau papan reklame yang dipasang di
tempat pejalan kaki, pencahayaan yang tidak menyilaukan atau
terlalu redup,
lift dengan petunjuk taktual
(dapat diraba) untuk membedakan bermacam-macam tombol, atau petunjuk suara
untuk menunjukkan nomor lantai. Aksesibilitas
non fisik bagi tunanetra antara lain mereka memerlukan
riglet dan pen, mesin tik braille, printer braille, model/miniatur benda,
tongkat putih, peta timbul, abacus,
penggaris Braille, globe timbul, dan sebagainya.
2.
Tunarungu
Aksesibilitas fisik bagi tunarungu antara lain pengumuman
melalui pengeras suara di bandara atau terminal angkutan umum, ruangan dengan pencahayaan yang baik sehingga tulisan penunjuk ruangan tersebut mudah
dibaca dan isyarat dapat terlihat. Aksesibilitas
non fisik bagi tunarungu antara lain media pembelajaran dan
peralatan khusus bagi misalnya hearing
aid (alat bantu dengar), audiometer, hearing
groups, alat-alat bina komunikasi persepsi bunyi dan irama, dan sebagainya.
3.
Tunagrahita
Aksesibilitas fisik bagi tunagrahita antara lain jalan
dengan petunjuk yang jelas
dan baku agar mereka tidak mengalami kesulitan. Para
penyandang tunagrahita membutuhkan
aksesibilitas non fisik seperti media pembelajaran dan
peralatan khusus bagi mereka
misalnya peralatan bina diri peralatan latihan sensori perabaan, peralatan
latihan sensori visual, peralatan sensori pengecap dan perasa, peralatan konsep
dan simbol bilangan, peralatan pengajaran bahasa, peralatan latihan persepsi
motor dan sebagainya.
4.
Tunadaksa
Aksesibilitas fisik bagi tunadaksa antara lain lingkungan dengan
memperhatikan sirkulasi
vertikal (turun/naiknya permukaan lahan), licin/kasarnya permukaan lantai,
keluasan ruangan, aktivitas sanitasi, lokasi tombol lampu dan lift. , tangga-tangga yang dirancang secara
teliti akan lebih memudahkan daripada permukaan landai, permukaan
lantai yang rata dan licin (bagi pengguna kursi roda). Aksesibilitas non fisik
bagi penyandang tunadaksa antaralain media
pembelajaran dan peralatan peserta didik tunadaksa misalnya peralatan latihan
bina diri dan bina gerak, peralatan latihan fisik atau bina gerak, alat bantu
belajar, dan sebagainya.
5.
Anak kesulitan belajar
Peralatan
dan media pembelajaran bagi peserta didik berkesulitan belajar disesuaikan
dengan jenis kesulitan belajarnya. Bagi peserta didik berkesulitan belajar
membaca (disleksia) diperluka kartu abjad, kartu kata, dan kartu kalimat. Bagi
peserta didik berkesulitan belajar menulis (disgrafia) diperlukan kartu abjad,
kartu kata, kartu kalimat, balok bilangan, dan sebagainya. Bagi peserta didik
berkesulitan belajar matematika (diskalkulia) diperlukan kartu bilangan, balok
bilangan, papan bilangan, dan sebagainya.
6.
Autis
Aksesibilitas fisik bagi penyandang autis antara lain ruang terapi dan
peralatan terapi untuk mengurangi dampak keautisanya seperti trombolin untuk
mengurangi energy berlebih anak dan berbagai macam reward untuk penghargaan
bagi ketuntasan tugas atau kepatuhan terhadap perintah. Aksesibilitas
pembelajaran bagi penyandang autis antara lain berbagai media pembelajaran yang
dapat merangsang respon anak sehingga tidak hanya terfokus pada satu
benda/media.